Kamis, 27 Agustus 2020 19:18:00
Komunitas Berembang Teduh Adakan Diskusi "Bual Santai"
RIAUONE.COM,SIAK- Komunitas Berembang Teduh menghadirkan suasana baru di Turap, tepian sungai Siak, kelurahan kampung Rempak, Siak Sri Indrapura, Rabu (26/8/2020) malam. Komunitas ini menggandeng Insomnia Coustic, sebuah grup musik akustik di Siak dan generasi milenial Siak untuk berdiskusi, namun terkonsep.
Kegiatan tersebut digelar di Rasa Q Cafe, sejak pukul 22.00 WIB - 23.15 WIB. Dua orang didapuk seebagai pemantik diskusi tersebut, yakni Said Dharma Setiawan dari komunitas Peduli Kampung dan Bayu Agustari Adha, seorang jurnalis. Kegiatan itu mendapat tanggapan beragam dari hadirin, dan sebagian besar memberikan apresiasi.
"Ini kegiatan perdana dari Berembang Teduh. Pada dasarnya komunitas ini ingin memberikan kontribusi pemikiran dalam dinamika anak muda di Siak," kata Sukma Geka, panitia kegiatan tersebut.
Program diskusi yang dinamakan Bual Santai ini bakal digelar sekali dalam 2 minggu. Tempatnya bisa saja berpindah, namun sasaran adalah generasi milenial.
Ia mengungkapkan, tema pada diskusi terbuka ini Beradaptasi Terhadap Era Digital di Masa Pandemi Covid 19. Tema ini adalah penyesuaian diri dari anak-anak muda dan masyarakat luas terhadap teknologi di masa pandemi namun memberikan keuntungan.
Said Dharma dalam paparannya menekankan, tuntutan dalam penerapan protokol kesehatan harus dijalankan. Seperti menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.
"Namun tuntutan itu bukan berarti menjadikan kita anti sosial," kata Said Dharma.
Menurut dia, banyak wadah digital agar masyarakat tetap bisa bersosialisasi. Pada kondisi ini, kata dia menjadi momen untuk menggali potensi kampung. Anak-anak muda di kampung-kampung diminta dapat mempromosikan produk kampung dengan platform digital.
"Karena itu perlu ada gerakan bersama untuk mengedukasi masyarakat lintas kalangan agar bersama membuka wawasan baru dalam memasuki era revolusi industri 4.0," kata dia.
Tujuannya, agar dapat menguprade masyarakat itu sendiri untuk mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Namun catatannya dengan tetap beradab, beradat dan beretika.
"Kontrol sosial juga harus terus dipahami, tgur jika salah, ingatkan jika terlupa. Nah ini penting, sebab menggunakan teknologi secanggih apapun bukan berarti meninggalkan adat ketimuran kita," kata dia.
Sementara paparan Bayu, perkembangan teknologi bukan sebuah kesalahan zaman. Sebab, masa itu akan terus berubah sedangkan manusia di dunia ketiga harus mampu mengimbanginya dan memanfaatkannya pada tataran yang positif.
"Background saya seorang jurnalis, maka saya tertarik dengan perkembangan di dunia media massa. Media massa adalah salah satu elemen yang begitu cepat beradaptasi dengan teknologi mulai dengan revolusi industri 1.0 ketika adanya mesin. Waktu itu mesin cetak dimanfaatkan media untuk mencetak koran. Juga teknologi penginderaan jauh dalam hal pengambilan gambar," kata dia.
Kemudian di masa pandemi ini semua jurnalis juga menghadapi tantangan tertentu. Di mana intensitas dan jarak jurnalis dengan narasumber harus terkurang pada masa ini. Pada titik itu perlu pendekatan emosional agar melalui teknologi dapat terhubung kembali.
Menurut dia, inovasi juga harus dilakukan dalam konten tulisan yang tidak hanya berbasis narasumber. Bisa dilakukan dengan jurnalistik berbasis literasi yakni seperti mengulas buku dan dokumen untuk kemudian disajikan dalam gaya berita.
"Bisa kita katakan, jurnalis yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi bisa tertinggal, begitu sebaliknya," kata dia.
Contoh adaptasi di dunia media massa terhadap era digital itu harus pula terjadi pada semua tatanan masyarakat. Sehingga, tercipta masyarakat digital namun tetap kuat pada sendi-sendi budaya dan moral.
Kegiatan berlangsung mengalir, sehingga banyak sekali audiens yang memberikan tanggapan. Audiens yang nota bene adalah pelanggan cafe tersebut ditambah sejumlah mahasiwswa, LSM LIRa, komunitas Kito Siak, Pemuda Pancasila, pemuda Sutomo Siak, pemuda Balaikayang Siak, jurnalis dan masyarakat setempat.
Laporan: Masroni