• Home
  • Serbaserbi
  • Peluang dan Tantangan Para Dosen, Guru, Pengajar Menghadapi Transisi Generasi Millenial di Indonesia
Senin, 04 September 2017 12:00:00

Peluang dan Tantangan Para Dosen, Guru, Pengajar Menghadapi Transisi Generasi Millenial di Indonesia

SERBASERBI, - Siapa Generasi Millenial? Dewasa ini, generasi millennial menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. 
 
Tapi sebenarnya, siapakah generasi millenials itu dan apakah masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan itu?
 
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
 
Perkembangan peradaban dengan revolusi arus informasinya memang mau tak mau membentuk kecenderungan sosial kaum muda. Seperti juga yang terjadi pada generasi Y alias generasi millennial, yang mendominasi kaum muda saat ini.
 
Millennial adalah mereka yang kelahirannya antara tahun 1981-1994 (beberapa yang lain menyebut hingga sebelum tahun 2000). Mereka juga adalah orang-orang dengan usia produktif sekaligus konsumen yang mendominasi pasar saat ini.
 
GENERASI X, Y, Z ?
 
Istilah Generasi X, Y dan Z digunakan untuk merujuk kepada kelompok generasi dalam kumpulan umur tertentu. Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital membagikan demografi penduduk kepada beberapa kelompok berikut:
 
1. Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya)
 
2. The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)
 
3. The Baby Bust (lahir antara 1965 – 1976) – Generasi “X”
 
4. The Echo of the Baby Boom (lahir antara 1977 – 1997) – Generasi “ Y”
 
5. Generation Net (lahir antara 1998 hingga kini) – Generasi “Z”-
 
6. Generation Alpha (lahir pada 2010) – Generasi A
 
CIRI KHAS dan KARAKTERISTIK Generasi Millenial  “Y”?
 
Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi.
 
Di Indonesia ( Data BPS)  dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi, kemanakah mereka pergi? Apakah mereka bersembunyi?
 
Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.
 
Khususnya bagi kalangan pebisnis dan pemerhati masalah generasi, kecuali produk dan jasa  spesifik ditujukan untuk kalangan bayi atau manula, maka wajib memahami sifat dan perilaku millennial ini, yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya, agar produk barang dan jasa  yang dihasilkan dapat diterima mereka. Jadi, apa saja karakteristik dari generasi millennial tersebut?
 
Millennial lebih percaya User Generated Content (UGC) daripada informasi searah
 
Bisa dibilang millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu arah. Mereka lebih percaya kepada user generated content (UGC) atau konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan. Mereka tidak terlalu percaya pada perusahaan besar dan iklan, mereka lebih mementingkan pengalaman pribadi ketimbang iklan atau review konvensional.
 
Dalam hal pola konsumsi, banyak dari kalangan millennial juga memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk, setelah melihat review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di internet. Mereka juga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka terhadap suatu merek.
 
Millennial lebih memilih PONSEL dibanding TV
 
Sebab generasi ini lahir di era kecanggihan teknologi, dan internet berperan besar dalam keberlangsungan hidup mereka, maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagi kaum millennial, iklan pada televisi biasanya dihindari. Generasi millennial lebih suka mendapat informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google atau perbincangan pada forum-forum, yang diikuti generasi ini untuk selalu up-to-date dengan keadaan sekitar.
 
Millennials  Memanfaatkan Aplikasi Messenger untuk Ngobrol dengan Sahabat
 
Generasi millennials memang akrab dengan gadget. Salah satu buktinya adalah mereka memilih aplikasi messenger untuk menggantikan pertemuan langsung. Berdasarkan survei yang dilakukan (Majalah Femina )  terhadap 1.166 responden berusia 18 - 36 tahun, 59% responden jarang bertemu langsung dengan sahabatnya karena lebih sering ngobrol melalui aplikasi messenger yang memangkas jarak dan waktu. Namun, 26% di antaranya mengaku meluangkan waktu seminggu sekali untuk hang out bersama sahabat, sementara 15% sisanya bertemu dengan sahabatnya sebulan sekali. Bagaimana dengan Anda? Seberapa sering bertemu sahabat dan kapan terakhir kali bertemu mereka? Share di kolom komentar ya.
 
Cara Memikat Generasi Milennial ?
 
Tidak lama lagi pasar akan didominasi pelanggan dari generasi langgas yang fasih teknologi dan memiliki karakter unik, sudah saatnya organisasi bisnis khususnya di bisnis pendikan dan peruguruan tinggi khususnya mempersiapkan strategi untuk membidik mereka ?  Bagaimana Teknologi akan memampukan perusahaan atau industri merebut hati pelanggan Millenial ini.
 
Hasil Rangkuman dari berbagai sumber, generasi Millenial adalah mereka yang memiliki ciri-ciri berikut :
 
Lahir dalam rentang tahun 1982 – 1995 ( Strauss & Howe, 1991)
 
Terlahir dengan akses ke Teknologi, bahkan tergantung dengan teknologi, memiliki kemampuan Multitasking
 
Sangat Sosial, aktif menjadi bagian dari sebuah komunitas ( berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi, bersosialisasi setiap saat )
 
Terbuka dan senang mencoba produk dan jasa baru untuk menggantikan cara Tradisional, contoh Streaming Film, TV Cable atau Free to air TV
 
Mendukung Crowd Sourcing dalam berbagai aspek mulai dari pengumpulan Dana hingga mencari oursirching design
 
Bagaimana dengan Indonesia ?  Generasi Millennial juga merupakan asset masa depan Indonesia karena jumlahnya akan mendominasi populasi penduduk usia produktif di kurun waktu 5 sampai 10 tahun kedepan.  Ditahun 2020, jumlah penduduk usia produktif di nusantara akan melonjak hingga 50 – 60% dan separuh diantaranya merupakan kaum Millenial.
 
Di tingkat regional, generasi millennial Indonesia pun akan berperan penting di Asia Tenggara. Jika dilihat dari jumlah populasi penduduk Negara-negara di kawasan tersebut, Indonesia menjadi kunci jumlah penduduk usia produktif terbanyak. Menurut informasi yang dikutif dari Swa.co.id dari sepuluh Negara angaota ASEAN diperkirakan jumlah total penduduk mencapai 625 Juta dan sebanyak 23%-nya adalah generasi Millennial dari Indonesia.
 
Dengan generasi millennial yang akan mendominasi pasar, organisasi bisnis dan industri tidak dapat mengabaikan kehadiran mereka.  Kefasihan memanfaatkan teknologi, keakraban dengan media social, keaktifan di komunitas, sikap tidak loyal namun efektif dan sederet karakter millennial lainnya tentu patut diperhitungkan oleh setiap organisasi bisnis yang bersentuhan dengan mereka, entah sebagai workforce maupun pelanggan. Penulis mendapatkankan beberapa contoh Implementasi strategi menghadapi Generasi “Y” yang dilakukan di Bisnis dan Industri  :
 
Netfix, sebuah perusahaan dengan bisnis Video streaming, memanfatkan platform media social, seperti Twitter dan Facebook untuk memikat dan berinteraksi dengan pelanggan millennial.  Generasi langgas senang berbagi contenct dengan teman-temannya dan Netfix mengakomodasi kesenangan itu melalui setting serta fitur yang memudahkan pelanggan mengoneksikan Netfix dengan media social .  Lewat media social pula, Netfix mengkampanyekan brand-nya untuk memikat calon pelanggan potensial.
 
“Share a Coke” yang dibuat Coca Cola mungkin menjadi contoh berikutnya.  Pelanggan kian menyukai produk-produk yang dipersonalisasi dan inilah yang dilakukan Coca-cola.  Dalam kampanye ini, coca-cola menuliskan 250 nama terpopuler di kalangan pelanggan usia belasan tahun dan millennial di botol coca-cola ukuran tertentu.
 
Selain itu coca-cola juga membuat situs web khusus di mana pelanggan dapat menemukan hal-hal menarik seputar nama mereka, memesan botol dengan nama mereka dan mencari tahu jadwal Tur Share a Coke. Menurut Wall Street Jurnal, penjualan minuman ringan Coca Cola meningkat sebanyak dua persen setelah kampanye itu dilakukan.
 
NET.TV salah satu perusahaan Media Elektronik  di Indonesia yang kini memiliki Nilai Rating Media Elektronik tertinggi di Indonesia, hampir 90 % karyawan dan staffnnya  adalah dari generasi Millenial.  Pelatihan Management Trainee dan kedisiplinan karyawan di awal sebelum On-Board dilakukan managemen NET.TV untuk mengalang Sinergitas dan soliditas para Karyawannya sehingga mengenal visi, misi dan karakter perusahaan.
 
Carieer.com sebagai Perusahaan dalam bidang perekrutan SDM sudah mengambil peran dalam mengantisipasi Generasi Millenial “Y” dalam indutri dan Implementasi pengembangan SDM di Indonesia khususnya, pemanfaatan teknologi dalam proses perekrutan secara “online” yang juga dapat menekan biaya pada para calon candidat lowongan pekerjaannya secara efektif dan efisien.
 
Dan banyak Perusahaan Nasional dan Multinasional lainnya di Indonesia didukung dengan FIN-TECH ( Financial Technology ) sudah dapat meng-implementasikan Strategi bisnisnya dalam menghadapi Generasi “Y” ini, sehingga mendapatkan peluang dan benefit significant dalam menjalankan bisnis Industrinya, Seperti Tokopedia.com “Online Shopping”, Gojek “Transportasi Online “ dan lainnya.
 
Beberapa Pengaruh Generasi Millenial di Industri Pendidikan, terutama di Pendidikan Tinggi :
 
Kesiapan Infrastuktur Teknologi : Hal ini mempengaruhi kesiapan Industri Bisnis dan Industri pendidikan dari sisi Teknologi, dalam hal ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).  Sejauh mana pengaruh Kehadiran Calon Mahasiswa  atau Mahasiswa  sebagai pelanggan  dari generasi Millenial terhadap Entreprice TIK yang ada, termasuk sarana dan prasarana Laboraturium Praktikum, Perpustakaan dan pendukung Teknologi lainnya yang akan menjadi Impresi awal saat pertama kali diperkenalkan dengan dunia kampus.
 
Kesiapan Tenaga Dosen dan  Pendidik : Mendidik mahasiswa di masa lalu berbeda dengan di masa sekarang. Perkembangan zaman dan teknologi menjadi salah satu penyebabnya. Saat ini, kalangan mahasiswa merupakan generasi millennial. Sedangkan para pendidik merupakan generasi X. Gap tersebut kerap membuat tidak selarasnya proses pembelajaran di kelas.
 
Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, penulis dapat mendefiniskan beberapa hal yang harus saling menyesuaikan :                                                                                                                        
PERTAMA, yakni Mahasiswanya , Generasi millennial itu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan. Kalau tidak suka, mereka tidak mau melaksanakan, Oleh sebab itu di dunia kerja ketika tidak cocok mereka pilih resign. Begitu juga bila di kelas. Kalau mereka tidak suka atau terlalu banyak teori akhirnya malas, oleh sebab itu, bahwa pendidik atau dosen harus mampu menyesuaikan sifat para mahasiswanya, mahasiswa saat ini tidak bisa dipaksa untuk menuruti semua arahannya. Para dosen harus menemukan cara untuk membuat mahasiswa suka dengan apa yang diajarkannya.     
 
KEDUA, adalah Kebutuhan Kurikulum Mata Kuliah dan beadaptasi dengan Industri, Abad 21 ini beda dengan zaman dahulu. Industri butuh SDM yang mau berinovasi sehingga penting untuk menumbuhkan kreativitas mahasiswa. Beberapa perusahaan, menerapkan analisis pendidikan.
 
Sebab, berdasarkan suatu penelitian, ada titik tertentu ketika seseorang memiliki IPK tinggi, justru ada gap besar dengan kemampuannya di dunia kerja. Ini yang menyebabkan perusahaan terkadang tidak memanggil lulusan yang punya IPK tinggi. Mereka tidak hanya melihat dari segi akademis. Dosen Pengampu harus menguasai Materi Kurikulum dan Implementasinya di Industri sehingga wawasan Mahasiswa akan terbentuk dan Industri tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pengembangan SDM baru dalam Industrinya ( siap bekerja / pakai ).                                                    
KETIGA, adalah Pemberian Praktikum berupa Penulisan Karya Ilmiah / Proyek dalam setiap mata kuliah proposional sebesar 70% dan Teori 30% akan menjadi Nilai tambah wawasan pada mahasiswa termasuk Dosen dituntut untuk merepresentasikan kapasitasnya.
 
Kesimpulan dan Saran  Penulis :
 
Diperlukan kesiapan para Pemangku Kepentingan Dunia Bisnis dan Pendidikan di Indonesia dalam menghadapi era perubahan generasi yang dinamis, terutama Kompetensi dan Kapasitas para Dosen dan Guru yang menguasai Praktikal lapangan disesuaikan dengan Kurikulum mata kuliah yang diajarkan.
 
Link & Match , Sektor Pendidikan dan Industri diperlukan sehingga dapat menyerap hasil Lulusan pendidikan (pra/paska) dengan Industri yang ada. Apa jadinya mutu SDM kita dikemudian hari bila sektor Pendidikan tidak “compliance” dengan Industri yang ada bertumbuh ?
 
Sudah sadar dan siapkah kita di dunia pendidikan khususnya menghadapi era transisi generasi “X”, “Y” ke “Z” ?
 
Tulisan ini terinpirasi saat penulis menghadiri “Power Talk Seminar, “The Challenge of Startup and How to Attact Millennial to be Part of the Winning Team” dengan Pembicara CEO - Carieer. com Dino Martin yang diselenggarakan di Kampus IPMI Internasional Business School, Jakarta, 30 Agustus 2017
 
Semoga Tulisan ini menjadi Sharing bagi semua kalangan Khususnya semua Pemangku Kepentingan dalam Dunia Pendidikan khususnya Pendidikan Tinggi di Indonesia dalam rangka Pengembangan SDM Indonesia kedepan yang lebih baik.
 
Penulis :HENDRA TRIANA : Business Analyst; Praktisi & Consultant  TIK-Teknologi Informasi dan Komunikasi; Auditor Teknologi Informasi pada (IATI-Ikatan Auditor Teknologi Indonesia); Dosen pada Fakultas FIKOM IBMAsmi-Jakarta;  Sekretaris Jendral pada KIRM-Komite Independen Revolusi Mental Indonesia.
Share
Berita Terkait
  • 7 tahun lalu

    Pilkada 2018 Diikuti 27 Juta Generasi Millenial

    NASIONAL,  - Pemilihan kepala daerah secara serentak di 171 daerah pada Rabu 27 Juni 2018 akan diikuti oleh 152.067.680 pemilih di daerah pemilihan.
    &nb
  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified