- Home
- Sosialita
- Ditengah Gegap Gempita Pemberitaan Indonesia, ada Mereka yang Tinggal di Kandang Kambing
Senin, 14 Oktober 2019 09:06:00
Ditengah Gegap Gempita Pemberitaan Indonesia, ada Mereka yang Tinggal di Kandang Kambing
NASIONAL, - Pria kurus itu bernama Aska (52). Sudah 13 tahun lamanya ia tinggal seorang diri di dalam kandang kambing. Jika sore tiba, kambing-kambing itu akan dimasukkan ke dalam rumah.
Rumah Aska di Kampung Sukasari, Desa Pabuaran, Tangerang, Banten, hanya dilapisi anyaman bambu yang sudah bolong di sana-sini. Atapnya yang terbuat dari jerami, tak mampu melindungi Aska dari hujan dan dingin.
Aska sempat merantau ke Batam, Kepulauan Riau, untuk menjadi kuli bangunan. Ia juga sempat tinggal bersama istri dan kedua anaknya.
Namun, kehidupan Aska harus berubah 360 derajat setelah ia terkena stroke. Tak hanya kehilangan mata pencaharian, Aska juga ditinggalkan oleh istri dan kedua anaknya.
“Saya pun pulang ke sini. Karena ini kampung halaman. Sedangkan anak dan istri sudah meninggalkan saya sejak 2007 lalu. Tidak pernah melihat saya,” ujar Aska.
Akibat penyakitnya, Aska hanya bisa terkulai lemas di atas dipan kayu yang disusun di dalam gubuk kecil berukuran 2 x 3 meter itu. Tanpa selimut, apalagi kasur.
“Belum pernah dapat bantuan pemerintah. Kadang tetangga yang ngasih saya makan,” tutur Aska.
Aska rupanya bukan satu-satunya yang terpaksa tinggal bersama hewan ternak. Di Desa Medangasem, Jakayakerta, Karawang, dua orang kakak adik, Mak Ichi (75) dan Mak Uka (80), mengalami nasib yang sama.
Kakak beradik itu sudah tinggal dalam sebuah gubuk bersama 10 ekor kambing sejak 10 tahun lalu. Sama seperti Aska, rumah keduanya juga berupa bilik-bilik bambu yang penuh lubang.
Untuk tidur, kedua perempuan senja itu harus merebahkan diri di dua dipan kayu yang terpisah. Masing-masing, tidur bersama tempat penyimpanan sembako dan pakaian.
"Ini kandang kambing. Ini tanah orang lain," kata Mak Ichi.
Sebenarnya, mereka sempat tinggal di sebuah rumah yang berada tepat di depan kandang kambing yang mereka tempati. Namun, lambat laut rumah tersebut rusak dan tak layak huni.
"Malam tidur pernah dikencingi kambing," cerita Mak Ichi.
Kambing-kambing itu bukan milik Mak Ichi, bukan pula milik Mak Uka. Sehari-hari, Mak Ichi mendapatkan Rp 15 ribu dari menggembala kambing milik tetangganya itu, sedangkan kakaknya mendapat uang dari mengemis di dekat pom bensin yang berjarak 5 kilometer dari rumahnya.
"Kambing punya orang. Saya urus makan, ngambil rumput," lanjut Ichi , dilansir kumparan.
Dalam sehari, Mak Uka hanya bisa mendapat Rp 20 ribu. Itu pun, terkadang ia pulang tanpa membawa hasil. Biasanya, uang yang mereka dapatkan akan langsung digunakan membeli obat nyamuk dan beras.
Meski harus hidup susah, kedua kakak beradik ini saling menguatkan satu sama lain. Mak Ichi tak pernah menikah, sedangkan Mak Uka ditinggal suami saat hamil anak pertama. Anak itu pun, meninggal saat usia tujuh hari. (*).