Sabtu, 30 November 2013 09:07:00
Film, Slank Nggak Ada Matinya
riauone.com, Jakarta - Slank Nggak Ada Matinya selaku film yang mengisahkan tentang lika-liku perjalanan karier Slank pada akhir 1996 hingga 2000 akan mulai ditayangkan untuk umum pada 24 Desember secara serentak di seluruh bioskop tanah air.
Seperti yang sudah pernah diberitakan sebelumnya, aktor-aktor yang memerankan para personel Slank adalah Ricky Harun sebagai Kaka, Adipati Dolken sebagai Bimbim, Deva Mahenra sebagai Abdee, Ajun Prawira sebagai Ridho, dan Aaron Ashab sebagai Ivanka. Lalu ada juga Meriam Bellina sebagai Bunda Iffet.
Namun selain itu, hadir pula para personel asli Slank, begitu juga dengan Bunda Iffet. Bahkan menurut rilis pers yang diterima Rolling Stone, film ini juga dimeriahkan oleh nama-nama besar dunia hiburan tanah air yang akan bertindak sebagai cameo.
Mereka adalah The Changcuters, Piyu, Desta, Tora Sudiro, Ringgo Agus Rahman, Poppy Sovia, Hanung Bramantyo, Epy Kusnandar, Nadine Alexandra, Ingrid Widjanarko, dan masih banyak lagi. Film ini juga melibatkan lebih dari 20 ribu Slankers.
Sebagai catatan, sutradara Fajar Bustomi pun merupakan Slanker atau penggemar Slank. Bimbim menyatakan kepada Rolling Stone awal November lalu bahwa salah satu kriteria utama pemilihan sutradara adalah Slankers atau bukan.
“Fajar Bustomi itu Slankers berat. Medio 1996 atau 1997, dia sering nongkrong di Potlot. Tapi dulu belum kenal, hubungannya benar-benar antara band dan penggemar, ketemu lagi saat dia sudah jadi sutradara lulusan IKJ. Dan Fajar adalah orang yang detail, dia punya memori kuat soal Potlot pada 1996 sampai 1997. Sampai make over Jalan Potlot dan mencari mobil yang umum digunakan pada zaman itu,” terang Bimbim.
Sementara itu, Fajar melalui catatannya sebagai sutradara mengutarakan bahwa mengangkat perjalanan tiga dekade Slank menjadi sebuah film berdurasi 100 menit merupakan tantangan tersendiri. “Pemilihan cerita haruslah tepat dan hati-hati agar film ini tetap informatif dan menghibur, serta layak ditonton baik oleh Slankers atau pun para pecinta film di Indonesia,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Setelah melalui observasi dan riset, akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan kisah Slank pada periode akhir tahun 1996 hingga 2000. Mengapa? Karena saya melihat pada masa ini merupakan masa-masa saat Slank mengalami sebuah titik balik yang mengubah mereka menjadi band solid seperti sekarang ini.”(RS/roc)
Share
Komentar