- Home
- Sosialita
- Wayang Orang Bersanding dengan Musik Rock? Tentunya ini bukan hal Pertama dilakukan di Negeri ini
Sabtu, 15 Maret 2014 16:20:00
Wayang Orang Bersanding dengan Musik Rock? Tentunya ini bukan hal Pertama dilakukan di Negeri ini
riauone.com, - Wayang orang bersanding dengan aura musik rock? Tentunya ini bukan hal pertama dilakukan di negeri ini. Anak muda era 70-an, dalam catatan saya, cukup keranjingan memadukan dan mematut-matutkan dua gugus budaya yang berbeda yaitu mempelaikan kesenian berbasis tradisional dengan musik rock.
Di tahun 1975 pemusik Harry Roesli dengan kreativitas yang tampak seperti bercanda mengangkat legenda Ken Arok, sosok bad boy yang merebut Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, raja Tumapel.
Ken Arok bahkan membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris yang dibuat Mpu Gandring. Akhirnya Ken Arok menjadi raja di Tumapel yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Singosari. Sosok Ken Arok ini kemudian dibalut dengan dinamika musik rock yang berpadu dengan tabuhan gamelan oleh Harry Roesli yang tampaknya ingin memikat perhatian anak muda terhadap sejarah atau budaya bangsa dengan menyuntikkan gairah musik rock.
Lakon ini kemudian diberi tajuk Opera Rock Ken A Rock dengan tulisan Ken Arok yang sengaja dibikin bernuansa rock.
Harry Roesli agaknya ingin membelokkan kekaguman anak muda terhadap kultus budaya pop Barat yang terwakili oleh sajian opera rock seperti yang dimulai dengan musikal rock Hair yang ditulis oleh Galt McDermot, James Rado dan Gerome Ragni di tahun 1967 , Tommy (1969) yang dibikin oleh grup rock Inggris The Who, kemudian muncul Jesus Christ Superstars (1970) yang ditulis Andrew Lloyd Webber dan Tim Rice , serta David Bowie yang menghasilkan opera rock The Rise and Fall Of Ziggy Stardust and The Spiders from Mars di tahun 1972.
Selanjutnya Harry Roesli mengerjakan beberapa opera rock berlatar kisah legenda Indonesia seperti opera rock Sangkuriang yang berasal dari Jawa Barat.
Gagasan opera rock yang dilontarkan Harry Roesli ini ternyata menjadi inspirasi bagi sebagian anak muda saat itu. Satu di antaranya adalah Operette Cikini, kelompok opera berbasis musik rock yang digagas alumni Yayasan Perguruan Cikini di Jakarta antara tahun 1977-1979. Operette Cikini mengangkat khazanah pewayangan sebagai setting cerita dan dilumuri musik rock yang gegap gempita lewat lakon seperti Ramayana dan Mahabharata.
Salah satu pemusik yang ikut mendukung musik dari Operette Cikini adalah Iwan Madjid, keyboardist yang kemudian dikenal saat membentuk band rock progresif Abbhama dan Wow serta gitaris Eet Sjahranie.
Pada 1978 para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia juga mengangkat legenda Roro Jongrang dengan balutan musik rock.
Kenapa harus bersimbiose dengan musik rock? Karena rock dengan kredo kebebasan dan falsafah anti kemapanan serta perangai bunyi yang cenderung dinamis dan agresif, tak pelak lagi sangat lekat dengan gairah dan jiwa anak muda. Musik rock, sepakat atau tidak sepakat merupakan cerminan harkat anak muda sejak rock & roll ditemukan pada era 50-an dan menjadi supremasi gelegak semangat anak muda lewat ikon-ikonnya seperti Chuck Berry, Bill Halley maupun Elvis Presley. Ada nilai-nilai pemberontakan dan pembangkangan dalam letupan music rock.
Walhasil rock pun menjadi inspirasi dalam gerakan musik lain terutama dalam konteks pencerahan jati diri musikal sebuah genre musik rock menjadi idiom untuk gagasan “peremajaan.” Kita ambil contoh ketika pemusik jazz Miles Davis terpesona dengan penampilan musik rock gitaris Jimi Hendrix yang dielu-elukan para pemujanya dalam setiap pertunjukannya. Pada 1969 Miles Davis lalu memetik aura musik rock yang kemudian disusupkan ke dalam formula musik jazz rock lewat album “In A Silent Way” dan “Bitches Brew.”
Oma Irama merasa musik dangdut kerap dilecehkan sebagai musik kampungan dan hanya menjadi konsumsi masyarakat kelas bawah. Pada 1973 Oma Irama melakukan evolusi dalam tatanan musik dangdutnya dengan “meminjam” sound ala Deep Purple yang saat itu merupakan band rock dengan jutaan penggemar di Indonesia.
Oma Irama melihat betapa anak muda sangat tergila-gila dengan musik rock mulai dari The Rolling Stones, Led Zeppelin, Black Sabbath, Uriah Heep hingga Deep Purple. Dengan cerdik Oma Irama lalu mengadopsi riffing gitar rock ala Ritchie Blackmore dari Deep Purple. Lengkingan vokal ala Ian Gillan dalam “Child In Time” pun diserapnya dalam teknik bernyanyinya.
Sejak saat itu, atas gagasan Oma Irama, musik dangdut pun bersenyawa dengan rock bahkan pada 1979, vokalis God Bless Achmad Albar bersama musik yang ditata gitaris Ian Antono menghasilkan “Zakia” sebuah lagu dangdut bernuansa rock.
Dan pada 15 Maret 2014 ini sebuah gagasan berkesenian yang menggabungkan gugus budaya Barat dan Timur kemba digelar di Tennis Indoor Senayan dalam bentuk Wayang Orang Rock Ekalaya yang didukung sekitar 70 pemusik rock dalam sebuah lakon yang diangkat dari khazanah pewayangan dengan sutradara Arie Dagienkz.
Secara harfiah, Ekalaya dalam bahasa Sansekerta memiliki makna tentang konsentrasi satu ilmu atau pelajaran. Sosok Ekalaya yang tak letih berlatih di hadapan sebuah patung merupakan simbolis dari kegigihan dalam mencari ilmu tiada henti. Dalam Wayang Orang Rock ini seperti dalam pakem lakon pewayangan juga ada sosok-sosok seperti Arjuna, Anggareni hingga Durna.
Pola kreativitas dalam Wayang Orang Rock Ekalaya ini memang dikhitiarkan tampil dalam wujud kontemporer, misalnya ada beberapa properti dalam cerita wayang yang dikolaborasikan dengan unsur musik, seperti panah diganti dengan gitar.
Ekalaya dan Arjuna akan bertarung yang dalam pementasan ini diibaratkan dengan jamming gitar. Beberapa elemen multimedia pun ditambahkan seperti hologram agar pementasan ini terwujud sebagai pementasan yang mengusung unsur kekinian dengan menggabungkan kesenian tradisi dan teknologi digital.
Upaya-upaya yang terlihat dalam konsep Wayang Orang Rock Ekalaya ini justru banyak mengingatkan saya akan karya-karya yang menyandingkan konsep east meet west dalam pertunjukan yang dilakukan oleh Harry Roesli dan beberapa nama lain di era 70-an. Misalnya saja dalam beberapa adegan terdengar interpretasi karya-karya rock klasik seperti “Rock and Roll” (Led Zeppelin), ”Shine On You Crazy Diamond” (Pink Floyd) termasuk “Heartbreak Hotel” (Elvis Presley) dalam tata musik gamelan.
Hal serupa pernah dilakukan Harry Roesli pada 1976-1977 ketika menafsir ulang karya-karya rock and roll seperti “Walking The Dog” atau “Route 66” dalam laras gamelan yang eksotis. Seperti pula upaya Guruh Sukarnoputra yang memadukan gerakan-gerakan disko dengan tata busana tradisional Indonesia serta musik yang memadukan jati diri musik tradisional dan Barat dalam pementasannya di Balai Sidang Senayan pada Januari 1979 atau saat Guruh bersama kelompok musik Gipsy melakukan eksperimen mengawinkan musik rock dengan gamelan Bali dalam proyek Guruh Gipsy pada 1977.
Bisa jadi ini sebuah upaya atau gimmick yang menetaskan sebuah hibrida untuk menarik minat anak muda terhadap berkesenian terutama mencintai dan merawat seni budaya warisan bangsa dengan menyertakan bingkai pernak pernik yang cenderung kontemporer. (rs/roc).
Share
Berita Terkait
BBM Naik!!, Tapi Harga Pertamax Tidak Ikut Naik
NASIONAL, Jakarta - PT Pe
Masa Sih? Foto Mahalini Pakai Baju Muslimah dan Jilbab, Diduga Sudah Masuk Islam?
ENTERTAIN, - Warganet dihebohkan oleh peredaran foto Mahalini Raharja, tunangan Rizky Febian, yang memakai jilbab dan busana Muslim.
Padahal, selama ini diketahui Mahalini
The Rock Sayang Anak, Dwayne Johnson Pasrah Didandani Putrinya hingga Terpaksa Batalkan Zoom Meeting
DUNIA, ENTERTAIN, - Aktor Hollywood, Dwayne Johnson menunjukkan betapa pasrahnya dirinya ketika didandani oleh dua putrinya, Jasmine Johnson dan Tia Giana Johnson. Aktor yang ak
Mencekam, Konflik Antarsuku Pecah di Papua Nugini, 11 Orang Tewas
DUNIA, LUARNEGERI, - Konflik antarsuku di Papua Nugini kembali terjadi. Terbaru, sebelas orang tewas dalam pertempuran brutal selama dua hari yang terjadi di daerah Kompiam, Pro
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified