Sabtu, 25 Maret 2017 13:03:00
"Luis Milla Out !" ? Sungguh Berlebihan !
RIAUONE.COM - Timnas Indonesia mengalami kekalahan 1-3 dari Myanmar di Stadion Pakansari, Cibinong. Laga uji tanding ini jadi pertandingan pertama Luis Milla bersama tim nasional dan dirinya gagal memberi kesan yang baik.
Ezra Walian yang proses naturalisasinya berlangsung super cepat juga gagal memberikan sentuhan terbaiknya. Dia baru dua hari bergabung dengan tim nasional dan belum begitu mengenal karakter rekan-rekan setimnya.
Sungguh sebuah laga yang mengecewakan. Walaupun kita sudah biasa kalah dan kecewa tapi kekalahan dari Myanmar tampaknya kembali mengecewakan serta perlahan mengikis optimisme akan perbaikan prestasi timnas Garuda selepas kedatangan Milla.
Apalagi setelah kita juga menyadari bahwa Luis Milla ini kita gaji mahal. Kabarnya dia menerima 600 juta rupiah per bulan atau sekitar 7,2 miliar rupiah per tahun.
Lalu, kita mereka-reka, apakah kita pantas menggaji pelatih asing dengan uang yang begitu besar?
Dia bisa membawa Spanyol juara Eropa di level kelompok umur, sebagai pemain dia adalah satu dari sedikit pemain yang pernah juara La Liga bersama Barcelona dan Real Madrid.
Namun, di dua pekerjaan terakhirnya sebagai pelatih di tim kelas dua, CD Lugo dan Real Zaragoza, dia dipecat oleh sang pemilik klub. Tentu karena prestasinya tak sesuai yang diharapkan.
Apakah kita akan lekas memecatnya atau setidaknya dia tidak akan merampungkan dua tahun kontraknya?
Rasanya berlebihan jika tagar #LuisMillaOut mulai dikampanyekan.
Ada 16 pelatih asing yang pernah melatih di Indonesia, Anda tahu siapa dari mereka yang bisa menghasilkan gelar juara atau setidaknya punya prestasi mengkilap?
Hanya ada dua nama. Pertama, Tony Pogacnick, yang sudah melatih di era Presiden Soekarno. Dia berhasil membawa Indonesia ke semifinal Piala Asia, bahkan sampai dua kali.
Nama kedua adalah Anatoly Polosin. Medali emas SEA Games terakhir kita di tahun 1991 adalah berkat jasanya. Medali ini pula yang kini dibebankan kepada Milla untuk kembali diraih.
Kedua pelatih itu punya waktu yang cukup lama jika dibandingkan pelatih lainnya. Lebih dari tiga tahun mereka melatih Indonesia. Dengan waktu yang relatif lama, Pogacnick punya kesempatan untuk berkeliling Indonesia menyaksikan talenta lokal dan bisa menganalisis apa kemampuan terbaik kita.
Oleh karenanya, Pogacnick bisa mengeksplorasi bahwa kemampuan terbaik pemain Indonesia adalah kecepatan lari-lari jarak pendek dengan membawa bola. Hingga kini kita punya pemain dengan atribusi seperti ini, sebut saja Febri Haryadi.
Apa yang dilakukan oleh Pogacnick ini serupa dengan pelatih lokal yang jadi kebanggaan kita: Indra Sjafri. Anda pasti sudah khatam cerita tentang blusukan yang dilakukan oleh Indra Sjafri bersama tim kepelatihannya.
Ada dua hal yang bisa kita petik dari cerita lama tersebut. Kita yang sudah terbiasa mendapatkan sesuatu secara instan ini perlu untuk lebih menghargai proses.
Barcelona saja butuh waktu lama ketika Johan Cruyff mulai membangun La Masia pada dekade 1980-an. Mulai dari dirinya menjadi pelatih dengan Josep Guardiola sebagai sentral permainan.
Lalu, mencapai puncaknya di era Pep Guardiola ketika sang pelatih bekerjasama dengan Xavi Hernandez sebagai pemandu orkes di tengah lapangan.
Sementara kita hanya akan memberi waktu Luis Milla dua tahun agar kita bisa punya kemampuan bermain sepakbola layaknya Barcelona?
Jika memang Luis Milla tak mampu melakukan transfer ilmu sepenuhnya, bagaimana jika Milla mulai beradaptasi dengan sepakbola Indonesia?
Dia membawa ilmu dari Spanyol yang kemudian diadaptasikan dengan kultur sepakbola kita. Rasanya itu lebih bijak dan mungkin akan menuai hasil yang sesuai harapan.
Dua pelatih asing sudah
melakukan hal itu. Indra Sjafri juga sudah kembali ada di jajaran pelatih tim nasional, Indra dan timnya bisa jadi rekan diskusi bagi Milla agar waktunya dua tahun di Indonesia tak sia-sia.(net)
Share
Berita Terkait
Ada Apa dengan Miss Universe Indonesia 2024, Vina Anggi Sitorus Mundur dari Kontes MUID 2024
Masih Pasal Wasit Indonesia Vs Bahrain, Jawaban AFC seusai PSSI Lapor soal Kontroversial Wasit
Lihat Ini Anak Negeri, Pengangguran Indonesia Tertinggi di ASEAN, Pemerintah Bisa Apa?
Sudah Mencapai Angka Rp8.000 Triliun, Hutang Indonesia ke IMF Sudah Melampaui Batas
NASIONAL, - Kabar t
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified